![]() |
Sumber;foto web.id |
Vaksin menjadi hal yang diprioritaskan pengembangannya saat terjadi wabah terutama yang disebabkan oleh virus baru seperti corona.vaksin adalah zat yang sengaja dibuat untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh dari penyakit tertentu,sehingga bisa mencegah terjangkit dari penyakit tertentu tersebut.Saat ini sudah ada 30 jenis vaksin yang diciptakan sejak konsep vaksinasi dilakukan Edward Jenner pertama kalinya pada 1796.
Bukti keberhasilan vaksin adalah musnahnya penyakit Variola (small pox) pada 1979.Sekarang kita juga dalam upaya memusnahkan campak dan polio.Indonesia sendiri saat ini bebas polio karena program imunisasi.
Bagaimana cara kerja vaksin?
- penyakit itu sendiri (vaksin untuk penyakit A lebih ampuh daripada vaksin untuk penyakit B)
- starin dari vaksin (beberapa vaksin spesifik terhadapnya,atau sekurangnya kurang efektif melawan galur tertentu dari penyakit)
- apakah jadwal imunisasi benar-benar dipatuhi.
- tanggapan yang berbeda terhadap vaksin;sejumlah individu tidak memberikan tanggapan pada vaksin tertentu,berati mereka tidak memproduksi antibodi bahkan setelah divaksin dengan benar.
- berbagai macam faktor seperti etnis,usia,atau kelainan genetik.
Jika individu yang divaksin tetap sakit,maka penyakitnya lebih jinak dan tidak mudah menyebarkan penyakit daripada pasien yang tidak divaksin.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk efektivitas program vaksinasi:
- membuat pemodelan yang lebih hati-hati untuk mengantisipasi dampak dari sebuah kampanye imunisasi pada epidemiologi penyakit dalam jangka menengah dan panjang
- pemantauan terus menerus pada penyakit tersebut setelah penggunaan vaksin baru
- tetap menjaga tingkat imunisasi yang tinggi,bahkan ketika penyakit sudah jarang ditemukan
Sistem kekebalan mengenali partikel vaksin sebagai agen asing,menghancurkannya,dan "mengingat"-nya. Ketika di kemudian hari agen yang virulen menginfeksi tubuh,sistem kekebalan telah siap:
- Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel;dan
- Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak
- Jika tetap sakit,maka sakitnya akan jauh lebih ringan
Vaksin yang dilemahkan digunakan untuk melawan tuberkulosis, rabies, dan cacar; agen yang telah mati digunakan untuk mengatasi kolera dan tifus;toksoid digunakan untuk melawan difteri dan tetanus.
Efek samping
Terdapat beberapa efek samping setelah menerima vaksin seperti mual,pusing,dan muntah.Hal tersebut terjadi karena tubuh akan merespon seolah-olah terjadi infeksi.Meskipun begitu,vaksin sejauh ini tidak virulen sebagaimana agen "sebenarnya",dan maka dari itu harus diperkuat dengan vaksinasi ulang beberapa kali tiap tahun.Suatu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan vaksinasi DNA.DNA yang menyandi suatu bagian virus atau bakteri yang dapat dikenali oleh sistem kekebalan dimasukkan dan diekspresikan dalam sel manusia/hewan.Sel-sel ini selanjutnya menghasilkan toksoid agen penginfeksi, tanpa pengaruh berbahaya lainnya.Pada tahun 2003,vaksinasi DNA masih dalam percobaan,namun menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Pemberantasan penyakit
Berbagai penyakit seperti polio telah dapat dikendalikan di negara-negara maju dan juga Indonesia melalui penggunaan vaksin secara massal (rubella dilaporkan telah musnah dari AS).Cacar nanah telah berhasil dimusnahkan dari seluruh dunia,makanya tidak ada lagi vaksinasi cacar nanah (harap bedakan dengan cacar air).
Sepanjang mayoritas masyarakat telah diimunisasi,penyakit infeksi akan sulit mewabah.Pengaruh ini disebut kekebalan kelompok.Beberapa kalangan,terutama yang melakukan praktik pengobatan alternatif, menolak untuk mengimunisasi dirinya atau keluarganya,berdasarkan keyakinan bahwa efek samping vaksin merugikan mereka.Para pendukung vaksinasi rutin menjawab dengan mengatakan bahwa efek samping vaksin yang telah berizin,jika ada,jauh lebih kecil dibandingkan dengan akibat infeksi penyakit, atau sangat jarang,dan beranggapan bahwa hitungan untung/rugi haruslah berdasarkan keuntungan terhadap kemanusiaan secara keseluruhan, bukan hanya keuntungan pribadi yang diimunisasi.Risiko utama rubella,misalnya,adalah terhadap janin wanita hamil,tetapi risiko ini dapat secara efektif dikurangi dengan imunisasi anak-anak agar tidak menular kepada wanita hamil.
Sistem pemberian vaksin
Terdapat beberapa cara baru dalam pengembangan pada sistem pemberian vaksin,yang diharapkan akan lebih efisien dalam pemberiannya.Metode-metode yang mungkin termasuk liposome dan ISCOM (immune stimulating complex).Sistem pemberian vaksin yang baru adalah pemberian melalui oral,seperti vaksin polio (juga vaksin kolera).Dengan pemberian melalui oral,maka tidak ada risiko mengkontaminasi darah. Vaksin oral padatan telah terbukti lebih stabil dan tak perlu terlalu dibekukan;kestabilan mengurangi kebutuhan pendinginan terus menerus,yang biasanya pada rentang suhu tertentu tergantung produsennya, yang pada akhirnya mengurangi biaya keseluruhan.Vaksin tanpa menggunakan jarum (dengan nanopatch) juga sedang dikembangkan oleh WHO.
Sejarah
Edward Jenner menyadari bahwa mereka yang telah terinfeksi oleh cacar sapi (cowpox) sebelumnya, maka tidak akan terkena smallpox (Variola vera).Pada tahun 1796,Edward Jenner menggunakan sapi yang diinfeksi dengan cacar sapi (variolae vaccinae) untuk membuat vaksin yang melindungi masyarakat dari smallpox.Ia menginokulasi seorang anak dengan cowpox dan kemudian menginfeksinya dengan smallpox. Anak tersebut tetap sehat,karena telah terkena cowpox sebelumnya.Inokulasi cowpox menyebabkan yang sakit lebih sedikit daripada inokulasi smallpox.
إرسال تعليق