Daun kratom sedang ramai dibicarakan setelah Kepolisian Resor Palangka Raya, Kalimantan Tengah, pekan lalu mengamankan dua truk bermuatan 12 ton daun kratom yang hendak dikirm ke luar negeri. Meskipun dinyatakan berbahaya karena diduga mengandunhg psikotropika, tumbuhan itu belum masuk dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Di Amerika, daun kratom juga sempat ramai dibicarakan karena dikaitkan dengan beberapa kematian. Berikut yang harus Anda ketahui mengenai daun kratom, seperti dikutip laman Freep, baru-baru ini:
1. Kratom berasal dari Asia Tenggara
Kratom atau Mitragyna speciosa adalah pohon yang berasal dari Asia Tenggara. Tumbuhan dari keluarga kopi ini mengandung mitragynine dan 7-hydroxymitragynine yang bekerja pada reseptor opioid di otak.
Daun kratom dijual sebagai suplemen herbal, paling sering dalam bentuk kapsul atau bubuk yang dapat dicampur dengan cairan. Terkadang daunnya digunakan untuk minum teh. Dalam dosis kecil, kratom bertindak sebagai stimulan. Dalam dosis besar bisa dijadikan sebagai obat penenang atau bisa mengurangi rasa sakit.
2. Dilegalkan di Michigan
Di Michigan dan di sebagian besar Amerika Serikat kratom legal. Namun, ilegal di Washington DC, Indiana, Alabama, Tennessee, Arkansas, Wisconsin dan Vermont. Pada 2016, Food and Drugs Administration (FDA) mengumumkan akan melarang kratom, tapi kemudian berubah pikiran.
Karena FDA perlu lebih banyak waktu untuk mempelajari rencana tersebut dan mempertimbangkan komentar publik. FDA belum menyetujui penggunaan kratom untuk apa pun dan memperingatkan orang untuk menjauhi kratom.
3. Sudah lama digunakan
Para peneliti memperkirakan penggunaannya mulai tahun 1836 di Asia Tenggara. Namun, di Amerika Serikat, popularitasnya mulai muncul sekitar satu setengah tahun lalu dan tidak menunjukkan tanda-tanda naik turun.
"Saya melihat lebih banyak skrining obat positif kratom dalam enam bulan terakhir daripada yang saya miliki dalam empat tahun terakhir," kata William Morrone, seorang spesialis obat kecanduan dan pemeriksa medis di Bay County.
4. Alasan kratom menjadi popular
Banyak sekali alasannya, kratom mudah didapat dan sudah tersedia di toko-toko baik offline maupun online. Menurut psikiater klinis di sekolah kedokteran Michigan University Edward Journeuy, dengan skrining obat yang digunakan di sebagian besar klinik, siapapun tidak akan mendeteksinya dan itu membuat pengguna merasa senang.
5. Efek mengkonsumsi kratom
Menurut Edward Journey, efek dari mengkonsumsi kratom adalah sedasi atau untuk penenang yang dalam suatu periode dapat membuat depresi dan euforia. Namun, efeknya tidak sejauh jika menggunakan heroin atau fentanyl.
Juru bicara American Kratom Assocation Mac Haddow berbeda pendapat dengan Journey, menurutnya, apa pun yang dilihat dokter tidak disebabkan oleh kratom. Dalam dosis rendah, itu adalah stimulan. Jika mengambil banyak kratom itu tidak menciptakan efek euforia.
"Tidak ada. Jika kamu mendapatkan efek euforia dari kratom, kamu akan mendapatkan produk palsu. Anda mendapatkan kratom yang telah dicampur dengan sesuatu yang lain," tutur Haddow.
6. Kratom bisa bikin kecanduan?
Bisakah benar-benar menjadi kecanduan kratom? Ya, tapi keparahan kecanduan atau ketergantungan masih menjadi subjek perdebatan.
"Tidak ada keraguan ada ketergantungan yang dapat berkembang seperti kafein," kata Haddow. "Jika Anda lepas dari ketergantungan itu, biasanya berlangsung empat sampai lima hari. Anda sakit kepala, Anda mungkin menderita sakit perut ringan."
Morrone menyatakan bahwa ketika seseorang kecanduan kratom dan tidak mendapatkannya, dia mengalami penarikan seperti fentanyl dan heroin. "Anda bisa mengacaukan diri sendiri, muntah, tubuh terasa sakit, Anda mengalami serangan panik," kata Morrone.
7. Kratom bisa bikin overdosis dan kematian?
Banyak dokter mengatakan bisa overdosis ketika menggunakan kratom. Selain itu, Mayo Clinic mendaftar efek samping potensial untuk kratom. Contohnya seperti, penurunan berat badan, mulut kering, menggigil, mual, muntah, sembelit, perubahan urin, kerusakan hati, nyeri otot, pusing, kantuk, halusinasi, depresi, khayalan, kejang dan koma.
Menurut laporan baru dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), kratom dinyatakan sebagai penyebab kematian pada 91 overdosis dari Juli 2016 hingga Desember 2017. Dengan tujuh dari kematian itu, kratom adalah satu-satunya zat yang terdeteksi dalam uji toksikologi, meskipun CDC mengatakan tidak bisa mengesampingkan zat lain.
"Kratom murni tidak bertindak sebagai opioid, itu tidak membunuh orang," kata Haddow. "Tapi ketika dipalsukan itu menjadi masalah."
إرسال تعليق